KeturunanRaden Patah menurut penulisan Babad Tanah Jawa diantaranya yaitu : 1. Ratu Mas Nyawang 2. Pangeran Sabrang Lor 3. Pangeran Seda Lepen 4. Raden Trenggana 5. Raden Kanduruan 6. Raden Pamekas 7. Raden Kikin 8. Ratu Pembayun 9. Dewi Ratih Itulah beberapa keturunan Raden Patah, jika ada kekurangan mohon beri kami masukkan.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Achmad Amru Muiz NGANJUK - Pusaka Tombak Naga Guntur kembali mengawal dan mengiringi prosesi boyong Pemkab Nganjuk dari wilayah Kecamatan Berbek. Ini setelah terakhir Pusaka Tombak Naga Guntur mengawal dan mengiringi prosesi boyong Pemerintahan Kabupaten Nganjuk pada zaman Belanda. Perawat sekaligus Penjaga Pusaka Tombak Naga Guntur, Aris Trio Effendi menjelaskan, tidak banyak yang mengetahui dan mengerti kehadiran Pusaka Tombak Naga Guntur dalam prosesi boyong perpindahan Pemkab Nganjuk pada tanggal 6 Juni. Ini dikarenakan prosesi boyong Pemerintahan sebelumnya digelar setiap tanggal 10 April bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk namun dinilai bukan sebagai tanggal boyogan Pemerintahan Nganjuk. Oleh karena itu, Pusaka Tombak Naga Guntur tidak pernah dikeluarkan dan mengawal prosesi boyong Pemerintahan Kabupaten Nganjuk. Baca juga Merespons Kesulitan Warga Dapatkan Gas Elpiji 3 Kilogram, Bupati Nganjuk Sidak SPBE dan Pangkalan "Dengan sudah kembali dilakukannya prosesi boyong tanggal 6 Juni dan itu sesuai dengan data sejarah boyong Pemerintahan Kabupaten Nganjuk yang benar maka kami keluarkan dan bawa Pusaka Tombak Naga Guntur untuk mengawal prosesi boyong tersebut," kata Aries Trio Effendi, pemilik dan perawat Pusaka Tombak Naga Guntur yang juga memiliki gelar Keraton Surakarta, Raden Tumenggung Aris Puro Budoyo tersebut, kemarin. Pusaka Tombak Naga Guntur sendiri merupakan pusaka peninggalan lelulur Kabupaten Nganjuk pada zaman penjajahan Belanda. Pusaka Tombak Naga Guntur tersebut milik salah satu kerabat Kanjeng Jimat atau Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk yang biasanya digunakan untuk berperang menghancurkan musuh pada zaman tersebut. Pusaka Tombak Naga Guntur yang kini dirawat dan disimpan oleh Aris Trio Efendi tersebut jarang dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. "Pusaka Tombak Naga Guntur itu peninggalan canggah saya yang masih kerabat Kanjeng Jimat atau Bupati Nganjuk pertama. Memang tidak semua boleh membawa Pusaka Tombak tersebut karena dikhawatirkan ada risiko bagi pembawanya kalau bukan kerabat Kanjeng Jimat," ucap Aris Trio Effendi yang juga juru kunci Candi Ngetos tersebut. Dalam membawa Pusaka Tombak Naga Guntur untuk dibawa kirab Prosesi boyong Pemerintahan Nganjuk, persyaratan yang harus dipenuhi cukup berat. Yakni Pusaka Tombak tersebut harus diiringi oleh para kerabat silsilah para Bupati yang pernah memerintah Kabupaten Nganjuk. Baik itu Bupati Nganjuk pertama yakni KRT Sosrokoesoemo I, Sosrokoesoemo III, Sosrohadikoesoemo, Notodikoro, Bupati Pace, dan lainnya. Baca juga Dikukuhkan Jadi Pembina Paralegal, Marhaen Targetkan Seluruh Desa di Nganjuk Berpredikat Sadar Hukum Para kerabat dengan dibuktikan silsilah resmi keraton Yogyakarta, keraton Surakarta, dan Mangkunegaran mengikuti kirab prosesi boyong dengan berbaris dibelakang Pusaka Tombak Naga Guntur yang dibawa sendiri oleh Aris Trio Effendi. Barisan tersebut tidak boleh dicampur melainkan harus berkelompok sesuai silsilah masing-masing dari Bupati Nganjuk terdahulu.

KeretaKanjeng Nyai Jimat dibuat di Belanda antara tahun 1740-1750. Baca juga: Kisah Ratu Belanda Juliana Bersahabat dengan Sultan Hamengkubuwono IX, Satu Kampus di Leiden. Berdasar catatan yang ada, Kereta Kanjeng Nyai Jimat merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal VOC Jacob Mussel (1750-1761) kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I, setelah

Dalam tinjauan arkeologi Masjid Besar Al Mubaarok merupakan bukti adanya Islamisasi di Nganjuk. Kanjeng Jimat adalah Bupati pada abad ke 17. Beliau merupakan menantu dari Sultan Agung Mataram. Makam Kanjeng Jimat terdapat di belakang Masjid Al Mubaarok. Dok Perjalanan 3 Wanita Trans TVLiputan dilakukan sebelum masa Pandemi Covid 19 Agusyang konon merupakan keturunan keenam Kanjeng Jimat menjelaskan, perkembangan Agama Islam di Kota 1001 Gua tak dapat dipisahkan dari peran Kanjeng Jimat. Bahkan pria bernama asli Joyo Niman SILSILAH KETURUNAN SUNAN BONANGSilsilah yang menghubungkan Sunan Bonang dan Nabi MuhammadSunan Bonang Makdum Ibrahim binSunan Ampel Raden Rahmat Sayyid Ahmad Rahmatillah binMaulana Malik Ibrahim binSyekh Jumadil Qubro Jamaluddin Akbar Khan binAhmad Jalaludin Khan binAbdullah Khan binAbdul Malik Al-Muhajir dari Nasrabad,India binAlawi Ammil Faqih dari Hadramaut binMuhammad Sohib Mirbath dari Hadramaut binAli Kholi' Qosam binAlawi Ats-Tsani binMuhammad Sohibus Saumi'ah binAlawi Awwal binUbaidullah binMuhammad SyahrilAli Zainal 'Abidin binHussain binAli bin Abi Thalib dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAWKETURUNAN SUNAN BONANGSunan Bonang Raden Mahdum Ibrohim menikah dengan Dewi Hirah putrinya Raden Jakandar memiliki satu orang putri bernama Dewi Ruhil, dan mempunyai 2 orang putra namun belum jelas nama ibunya yaitu Dewi Ruhil Jayeng Katon Jayeng RonoMaaf kalau salah itu udah paling singkat tauuu JELASKAN SECARA SINGKAT BOLEH GAK KAK SILSILAH KETURUNAN SUNAN BONANGSilsilah yang menghubungkan Sunan Bonang dan Nabi Muhammad• Sunan Bonang Makdum Ibrahim bin• Sunan Ampel Raden Rahmat • Sayyid Ahmad Rahmatillah bin• Maulana Malik Ibrahim bin• Syekh Jumadil Qubro Jamaluddin Akbar Khan bin• Ahmad Jalaludin Khan bin• Abdullah Khan bin• Abdul Malik Al-Muhajir dari Nasrabad,India bin• Alawi Ammil Faqih dari Hadramaut bin• Muhammad Sohib Mirbath dari Hadramaut bin• Ali Kholi' Qosam bin• Alawi Ats-Tsani bin• Muhammad Sohibus Saumi'ah bin• Alawi Awwal bin• Ubaidullah bin• Muhammad Syahril• Ali Zainal 'Abidin bin• Hussain bin• Ali bin Abi Thalib dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAWSEMOGA MEMBANTU, TOLONG JADIKAN JWBAN TERBAIK..THX
KanjengJimat atau yang dikenal juga sebagai Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo merupakan pendiri masjid Al-Mubarok Nganjuk. Di dalam makam ini terdapat prasasti yang bertuliskan huruf arab berbahasa jawa kuno.Dok : Perjalanan 3 Wanita Trans TVLiputan dilakukan sebelum masa Pandemi Covid 19
Home Jawa Timur Selasa, 17 Januari 2023 - 1957 WIBloading... Nganjuk merupakan nama salah satu Kabupaten yang berada di Jawa Timur Foto DOK ist A A A JAKARTA - Nganjuk merupakan nama salah satu Kabupaten yang berada di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jombang, Bojonegoro, Kediri, Trenggalek, Ponorogo, dan Madiun. Asal usul nama Nganjuk memiliki sejarah dari laman Pemkab Nganjuk, sejarah Kabupaten Nganjuk berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I atau yang lebih dikenal dengan nama Kanjeng Berbek ini sempat terpecah menjadi dua sekitar tahun 1811, oleh Sultan Hamengkubuwana II dari Kesultanan juga Mitos Asal Usul Pontianak, Hantu Perempuan Bernama KuntilanakAkibat peristiwa tersebut lahirlah wilayah baru bernama Kabupaten Godean yang kemudian dipimpin oleh putra Kanjeng Jimat yakni Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro Kanjeng Jimat meninggal, kepemimpinan di Kabupaten Berbek kemudian dipegang oleh adiknya yang bernama Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo pada tahun 1832 sampai masa ini juga sempat terjadi perlawanan Kiai Panoppo Ngliman Guru Agung keturunan Sunan Giri akibat dikenakannya pajak oleh Pemerintah pada masa pemerintahan Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo II yang merupakan anak dari Sosrodirdjo di tahun 1844 dicabutlah Kabupaten Godean dan secara resmi tergabung ke dalam Kabupaten saat itu Godean juga telah berubah statusnya dari kabupaten menjadi distrik. Bersamaan dengan Distrik Siwalan dan Distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Akte Komisaris Daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih tanggal 16 Juni 1831, bahwa di Kabupaten Berbek terdapat 3 tiga distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2 dua distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3 tiga distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8 delapan distrik. nganjuk jawa timur jombang sejarah Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 2 menit yang lalu 5 menit yang lalu 25 menit yang lalu 28 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
Terkaitsilsilah Habib Rizieq Shihab, banyak orang yang bertanya-tanya apakah benar ia adalah keturunan Nabi Muhammad saw. atau bukan. Jika dilihat dari silsilahnya, ternyata Habib Rizieq Shihab merupakan keturunan ke-38. Menurut Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Maktab Addaimi, Rabithah Alawiyah, Ustadz Ahmad Alatas, berikut ini silsilahnya:
Seluruh warga Nganjuk sudah tak asing lagi dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo atau yang lebih dikenal dengan dengan nama Kanjeng Jimat. Sosok Kanjeng Jimat merupakan Tumenggung dari kerajaan Mataram Islam Ngayogyakarta, seorang ulama besar yang turut andil dalam penyebaran agama Islam khususnya di wilayah Kabupaten Nganjuk pada masa Kerajaan Mataram Islam. Kedatangan Kanjeng Jimat merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten yang memiliki luas wilayah seluas kilometer persegi tersebut. Kanjeng Jimat yang berasal Grobogan Jawa Tengah itu merupakan putra menantu dari sultan Agung. Atas perintah dari Kerajaan Demak, Kanjeng Jimat dijadikan sebagai bupati di kota Tayo Merah pada tahun 1745 yang kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Berbek. Menurut berbagai sumber, Kanjeng Jimat mensyiarkan ajaran Islam dimulai saat runtuhnya kerajaan Majapahit setelah mendapat serangan dari Kerajaan Demak. Dimana saat serangan tersebut terjadi mengakibatkan beberapa orang penganut Hindu mengasingkan diri hingga ke Kabupaten Nganjuk untuk menyelamatkan diri. Selain di Nganjuk, beberapa dari mereka juga pergi ke bukit Tengger di kawasan Bromo, Semeru dan lereng Gunung Wilis. Selama perjalanan mensyiarkan Islam di Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Jimat menggunakan pendekatan Hindu-Budha dengan memadukan budaya Islam. Pendekatan yang dilakukan oleh Kanjeng Jimat berbuah manis, alhasil cukup banyak umat Hindu-Budha yang akhirnya memeluk agama Islam. Bukan perkara mudah bagi Kanjeng Jimat saat melakukan syiar Islam di penduduk Gunung Wilis. Pasalnya, sebagian besar penduduk lereng gunung Wilis masih sangat mempercayai keyakinan dari peninggalan para raja terdahulu yang masih asing dengan ajaran Islam. Namun Kanjeng Jimat tetap gigih dalam perjuangannya memperjuangkan Islam, beliau mengedepankan toleransi untuk mensyiarkan Islam dan tidak terkesan memaksakan. Sifat dermawan yang dimiliki oleh Kanjeng Jimat juga terlihat saat beliau mewakafkan sebidang tanah pekarangannya untuk didirikan sebuah masjid sebagai tempat beribadah warga yang telah memeluk agama Islam. Sedangkan beberapa warga yang tetap memegang keyakinan Hindu, oleh Kanjeng Jimat membuka sebuah lahan untuk memberikan hak hidup dan menjalankan ibadah bagi warga beragama Hindu. Lahan tersebut berada di sisi timur lereng gunung wilis yang kini dikenal sebagai Dusun Curik Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. Saat Kanjeng Jimat meninggal pada tahun 1766, beliau dimakamkan berada tepat di sebelah barat Masjid Al Mubarok di kawasan Desa Kacangn Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk atau kurang lebih sekitar 9 kilometer dari pusat kota Nganjuk. Saat memasuki pintu makam, peziarah akan disuguhkan dua patung macam putih yang tak lain adalah simbol hewan peliharaan Kanjeng Jimat saat melakukan syiar Islam di wilayah Nganjuk. Namun, apabila dilihat lebih dekat pintu masuk menuju makam Kanjeng Jimat tersebut tidaklah tinggi, kurang lebih tingginya hanya 2 meter. Pintu masuk yang di design tidak tinggi tersebut ternyata memiliki arti filosofis tersendiri, hal itu mengandung sebuah pesan bahwa peziarah harus menundukkan kepala saat akan masuk ke dalam area makam Kanjeng Jimat. Makam Kanjeng Jimat sendiri dibalut dengan kain berwarna hijau dan aksen garis dengan warna kuning keemasan. Terdapat tiga payung bersusun tiga yang terbuat dari kain berwarna kuning keemasan berdiri tegak di salah satu sisi pusara makam Kanjeng Jimat. Bila dilihat di sisi timur, peziarah bisa melihat sebuah tulisan Jawa dan Arab berisikan tentang pesan-pesan kebaikan yang ditulis langsung oleh Kanjeng Jimat. Tulisan tersebut terbaca “Puniko Pesarean Kanjeng Ratu Toemenggung Sosro Kusumo”. Di makam Kanjeng Jimat juga diselimuti oleh kelambu berwarna putih dan kuning kurang lebih berukuran 3,4 meter serta diberi kerangka berbahan kayu jati dengan tinggi 2 meter dan panjang 3,4 meter. Sementara itu, di sebelah barat makam Kanjeng Jimat, juga terdapat makam bupati Bupati Nganjuk kedua yakni Raden Tumenggung Sosrodirjo yang tak lain adalah adik dari Kanjeng Jimat. Menurut informasi, Raden Tumenggung Sosrodirjo ini menjabat sebagai Bupati Nganjuk kedua pada tahun 1760. Sedikit bergeser ke sebelah timur, terdapat makam Raden Tumenggung Sosrokusmo II, merupakan putra dari Kanjeng Jimat yang menjadi Bupati Nganjuk ketiga pada masa jabatan tahun 1831 hingga 1852. Masih di area makam, terdapat beberapa benda peninggalan Kanjeng Jimat seperti gentong kuno berisi air yang diketahui bersumber dari sumur peninggalan dari Kanjeng Jimat. Masyarakat sekitar percaya bahwa air didalam sumur peninggalan tersebut tidak pernah surut meskipun pada musim kekeringan. Diketahui, sebelum masjid Al Mubarok dibangun, kawasan masjid tersebut merupakan kawasan yang dekat dengan perkuburan Pangeran Singosari. Saat kedatangan Kanjeng Jimat, kawasan tersebut diperbaiki dan diperluas, sedangkan area perkuburan Pangeran Singosari tersebut masih berada tepat di sebelah utara Masjid Al Mubarok. Menurut beberapa literatur, Masjid Al Mubarok tersebut dibangun Kanjeng Jimat pada tahun 1830. Namun, pada tahun 1832 Kanjeng Jimat meninggal dunia dan pembangunan masjid dilanjutkan oleh adik Kanjeng Jimat yakni Pangeran Sosrodirjo. Jika dilihat lebih dalam, struktur bangunan pada Masjid Al Mubarok menggunakan akulturasi atau perpaduan budaya Islam, Hindu dan Cina. Hal tersebut terlihata pada struktur material bangunan mulai dari penyusunan batu bata, ukiran, mimbar dan bedug. Bahkan, terdapat 4 tiang yang hingga saat ini masih terlihat sepert patahan kayu dan masih dalam keadaan utuh. Karena memiliki unsur sejarah dan budaya yang kental, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan Masjid Al Mubarok sebagai bangunan cagar budaya pada tahun 2016. Hingga saat ini pun, makam Kanjeng Jimat dan Masjid Al Mubarok terus dibanjiri oleh para peziarah dari beberapa kota di Jawa Timur maupun dari luar Jawa Timur. Baca jugaMakna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies BaswedanLahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton PresidenKisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies BaswedanPeran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan BernegaraUngkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno Selamat Jalan Pejuang Artikel Terkait SejarahNganjuk Tahun 1811 Sejarah pemerintahan Kabupaten Pace sangat sulit diungkapkan Karena kurangnya data yang. Dari silsilah keturunan raja negeri bima, silsilah Ngarso Dalem Sampean Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sulatan Hamengkubuwono1 atau asal usul Raden Tumenggung Sosrodiningrat Bupati Nayoko Wedono Lebet Gedong Tengen Rajekwesi ArticlePDF Available AbstractSebagai generasi muda, kita tidak hanya meneladani para pahlawan yang telah perjuang dan mendahului kita untuk menghadap Sang Pencipta, akan tetapi juga harus tahu tentang perjalan hidup mereka. Skripsi ini hadir untuk menjawab kegelisahan penulis akan hal tersebut. Terutama tentang sosok pemimpin yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Nganjuk. Tidak hanya sekedar menjadi pemimpin, Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat juga dikenal oleh masyarakat sekitar dengan karamah yang dimiliki. Tentu saja hal tersebut menjadi nilai lebih beliau sebagai pemimpin. Metode penelitian di dalam hal ini menggunakan kualitatif field research. Pola Penelitian Deskriptif dan Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif. Variabel Penelitian tunggal yaitu Karamah Raden Tumenggung Sosrokusumo I. Sumber Data 1. Primer Keluarga, dan Takmir Masjid; 2. Sekunder Dokumentasi serta Arsip-arsip. Metode dan Instrumen Pengumpuan Data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Hasil Penelitian 1. Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat masih memiliki garis keturunan dengan Raja Bima, kemudian Raja Bima memiliki 2 orang putra; yaitu kraeng Nobo dan Kareng Galongsong. Kraeng Nobo mengganti namanya menjadi Kyai Ageng Sulaiman. Dari Kyai Ageng Sulaiman lahirlah Kyai Honggoyudo dan berputra Raden Tumenggung Sosronegoro. Dari Raden Tumenggung Sosronegoro inilah kemudian lahir Raden Tumenggung Sosrokusumo I yang menjadi Bupati Nganjuk Pertama. 2. Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat merupakan putra dari bupati Grobogan yang diutus untuk menjadi pemimpin di Daerah Berbek kala itu dan menjadi cikal bakal pemerintahan Kabupaten Nganjuk. Berkat kegigihanyya juga, agama islam semakin tersebar dan berkembang di Daerah Berbek. 3. Selama bertempat tinggal di Nganjuk, terutama daerah Berbek Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng jimat banyak terjadi hal-hal yang tak terduga atau karamah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf101 KERAMAT KANJENG JIMAT Raden Tumenggung Sosrokusumo I Adipati Pertama Nganjuk Nur Rotul Kiptiyah Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk Email kiptiyahnurrotul Info Artikel Submit 29 Juli 2021 Revisi 16 Agustus 2021 Diterima 25 Agustus2021 Publis 27 September 2021 Abstrak Keramat adalah kemuliaan yang dimiliki oleh wali Allah. Di Nganjuk, ada sosok Kanjeng Jimat yang memiliki keramat unik dibandingkan dengan keramat para wali pada umumnya. Biasanya keramat yang dimiliki oleh para wali itu hanya sekedar cerita yang belum tentu memiliki bukti fisik. Namun keramat Kajeng Jimat masih bisa dilihat secara langsung oleh orang-orang pada saat ini karena keramatnya berupa peninggalan arkeologis. Selain memiliki keramat, Kanjeng Jimat juga orang yang berjasa besar terhadap masyarakat Nganjuk, karena dialah orang yang menjadi adipati bupati pertama di Nganjuk. Artikel ini membahas keramat Kanjeng Jimat dengan metode penelitian kualitatif-field research. Kesimpulan penelitian ini adalah Kanjeng Jimat memiliki keramat kesaktian dan peninggalan-peninggalan arkeologis serta cerita-cerita yang melingkupi benda-benda tersebut. Pertama, ia mampu menggelapkan pandangan mata perampok sehingga tidak menemukan barang berharga. Kedua, ia mampu menangkap Jolobong dengan teknik jurang ringin. Ketiga, ungkal sakti yang tidak bisa dicuri dari tempat asalnya. Keempat, beduk ajaib yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun sesampainya di sana beduk tersebut tidak dapat berbunyi meskipun dipukul berkali-kali. Akhirnya dengan terpaksa beduk tersebut dikembalikan lagi ke Berbek. Kelima, mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun kembali lagi ke Berbek. Selain benda-benda yang meninggalkan kisah ajiab tersebut, Kanjeng Jimat juga meninggalkan jodang, gentong, dan bencet. Semua benda peninggalan tersebut masih berada di kompleks masjid Al-Mubarok Berbek Nganjuk. INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf102 Pendahuluan Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk merupakan salah satu dari 37 Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Pada awal abad ke X, setelah berakhirnya masa pemerintahan Raja Wawa dari kerajaan Hindu Mataram di Jawa Tengah, Empu Sindok telah memindahkan pusat kerajaan Mataram Kuno tersebut ke Jawa Timur2 dan mendirikan dinasti baru yang diberi nama Dinasti Isyana. Nama Isyana diambil dari gelar resmi Raja Sindok yaitu Empu Sindok Sri Isyana Tungga Dewa Wijaya. Wilayah kerajaan Empu Sindok tidak begitu luas dengan daerah-daerah batas seperti yang disebutkan yaitu Nganjuk disebelah barat, Pasuruan disebelah timur, Surabaya disebelah utara, dan Malang diselatan. Pemindahan pusat kekuasaan dan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut dilakukan karena keadaan kerajaan semakin suram dan dirasa kurang aman. Sebelumnya Empu Sindok memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang melawan tentara musuh dari kerajaan Sriwijaya disuatu wilayah yang disebut “Anjuk Ladang”.3 Sebagai rasa syukur dan untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut kemudian Sri Maha Raja Empu Sindok mengeluarkan maklumat untuk mendirikan sebuah Candi Jayamerta dan sebuah monument tugu kemenangan Jayastamba disuatu tempat yang bernama Anjuk Ladang, tepatnya di Desa Candi sebelah utara Candi Lor. Selain sebagai media sarana yang mempelajari dan membahas tentang Sejarah Kabupaten Nganjuk, artikel ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi para pembaca. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk meneladani nilai juang dan kiprah Kanjeng Jimat dalam memberikan sumbangsih pada kemajuan masyarakat Berbek khususnya dan Nganjuk pada umumnya. Dengan artikel ini diharapkan dapat melestarikan semangat nasionalisme dalam memerangi penjajah yang telah merampas hak-hak Bangsa pertimbangan itulah penulis menyusun artikel yang akan membahas tentang Keramat Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat di Kabupaten Nganjuk. 1Harimintadji, dkk. Nganjuk dan Sejarahnya. JakartaPustaka Kartini, 1994, 17. 2 M. Habib Mustopo, Sejarah. Malang Yudistira, 2007, 9. Lailatul Mahfudhoh, Antologi Sejarah Candi Boyolangu. Bogor Gue Pedia, 2016, 35. 3Arjuno Resowiredjo, Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. 2018, 97. 4Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 3. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf103 Menurut bahasa keramat berasal dari kata karama-karim yang artinya kemuliaan atau penghormatan dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah keramat memiliki arti kemuliaan berupa sesuatu di luar logika manusia yang Allah berikan kepada para wali Keramat diberikan kepada manusia pilihan Allah yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan beribadah secara lahir dan Sedangkan kata keramat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang memiliki arti suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketakwaanya kepada Tuhan. Menurut ulama sufi Keramat berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal shaleh kepada Allah SWT. Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Allah SWT dapat memberi keramat kepada orang beriman, bertakwa, dan beramal shaleh menurut kehendak-Nya. Peneliti memilih objek penelitian keramat Kanjeng Jimat Raden Tumenggung Sosrokusumo Selaku Adipati Pertama di Kabupaten Nganjuk7 Karena Raden Tumenggung Sosrokusumo I bukan orang sembarangan. Ia seorang pemimpin yang dipilih melalui penunjukan secara langsung, atau diutus tanpa adanya pemilu seperti sekarang. Hal demikian menjadi perhatian penulis sebagai generasi muda bagaimana mungkin seseorang bisa dipercaya sebagai pemimpin secara langsung tanpa pemilu jika ia tidak memiliki keistimewaan. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, 5Abdur Rohman, Injil vs Manakib Studi Perbandingan Antara Kemukjizatan dalam Perjanjian Baru dan Keramat Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani Yogyakarta Divo Nusantara, 2015, 3. 6 Yuslia Styawati, Mengenal Tarekat di Dunia Islam Qadiriyah, Syadziliyah dan Syattariyah, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 5, no. 1, Maret, 2019, 74. Ia mencontohkan sosok Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai seorang sufi yang memiliki banyak keramat dan mendirikan tarekat Qadiriyah sebagai wadah kaum sufi untuk bermunajat kepada Allah. 7 Abdur Rohman, Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret 2021, 55. 8S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., 2010, 82-84. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf104 sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data dihimpun dengan pengamatan seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian artikel ini adalah Masjid Al-Mubarok dan Makam Raden Tumenggung Sosrokusumo Kanjeng Jimat yang terletak di dalam satu kompleks di Desa Kacangan, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Data penelitian ini bersumber dari takmir Masjid Al-Mubarok Desa Berbek. Ia adalah salah satu keturunan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat, dan semua pihak yang berkaitan dengan Masjid Al-Mubarok Desa Berbek serta Makam Kanjeng Jimat yang terletak dibelakang kompleks area Masjid Al-Mubarok Desa Berbek. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil dari wawancara dan observasi. Sedangkan data sekundernya diperoleh dari buku atau dokumen lain yang membahas tentang Kanjeng Jimat seperti buku yang ada di Perpusda Nganjuk. Asal-Usul Nama Kanjeng Jimat Mengenai asal-usul nama kanjeng jimat ini ada dua versi yang semua informasinya didapat dari proses wawancara. Pertama penulis melakukan proses wawancara dengan Bapak Sururi10 Yang kedua penulis mewawancarai Bapak Menurut Bapak Sururi, Kanjeng Jimat adalah sebutan dari bupati pertama masing-masing daerah. Ia menyatakan bahwa “Kanjeng jimat niku istilah mbak, istilah dimana setiap orang yang menjadi Bupati pertama disuatu daerah pasti disebut Kanjeng Jimat. Jadi yang punya Kanjeng Jimat tidak hanya Nganjuk tetapi masing-masing daerah pasti punya pemimpin yang disebut dengan istilah Kanjeng Jimat”.12 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan Bandung Rosdakarya, 2010, 60. 10 Bapak Sururi merupakan Takmir Masjid Jami Al-Mubarok, Dusun Kacangan Desa Berbek Kabupaten Nganjuk. Mengenai hubungan antara Kanjeng Jimat dengan Bapak Sururi, beliau bukanlah keturunan atau kerabat dari keluarga Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Beliau adalah orang lain yang sengaja diutus untuk ikut memakmurkan Masjid Jami Al-Mubarok. 11 Bapak Musdiono merupakan seorang pakar sejarah Daerah Berbek sekaligus keluarga atau masih memiliki garis keturunan dengan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. 12Wawancara dengan Bapak Sururi, tanggal 19 Juni 2021. Pukul WIB Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf105 Dari penjelasan Bapak Sururi tadi penulis bisa menyimpulkan bahwa istilah Kanjeng Jimat tidak hanya dimiliki oleh Nganjuk dan untuk Raden Tumenggung Sosrokusumo I saja, akan tetapi setiap daerah pasti memiliki tokoh yang disebut sebagai Kanjeng Jimat yaitu tokoh yang menjadi pemimpin pertama. Kemudian dari Bapak Musdiono, penulis juga meminta informasi dan mendapatkan penjelasan tentang Kanjeng Jimat. “Kanjeng Jimat. Asale saking kalimat siji dirumat. Dados kanjeng jimat puniko sosok ingkang dipun keramataken. Lha sing ngramatne sinten? Njeh masyarakat sekitar ingkang ngramataken, ingkang maringi nami niku. Lajeng mengenai sinten mawon sing angsal julukan nami Kanjeng Jimat, setiap daerah leres gadah sosok Kanjeng Jimat niki. Nanging mboten selalu yang menjadi bupati pertama bisa disebut Kanjeng Jimat mbak, senes”.13 Dari keterangan diatas kita ketahui bahwa istilah Kanjeng Jimat memang ada disetiap daerah. Akan tetapi tidak semua bupati pertama disebut kanjeng jimat. Yang terpenting adalah makna dari Kanjeng Jimat14 itu sendiri merupakan sosok yang keberadaannya dikeramatkan, dihormati oleh masyarakat kala itu. Ia juga seorang yang disegani baik oleh pembesar/penguasa maupun oleh rakyat. Deskripsi Wilayah dan Sejarah Berbek Secara administrasi Kabupaten Nganjuk mempunyai 20 Kecamatan dan 284 Desa. Sedangkan Kecamatan yang pernah menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk adalah Kecamatan Berbek, tepatnya di Desa Kacangan. Dengan Bupati Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Pada abad ke-17 Kecamatan Berbek menjadi Kabupaten15 di bawah naungan Kesultanan Surakarta yang merupakan wilayah pengawasan Kompeni Pada tahun 1880 ibukota Kabupaten Berbek berpindah ke Nganjuk, hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Pada masa itu alat transportasi masih terbatas, sedangkan di 13Wawancara dengan Bapak Musdiono, Tanggal 02 Juli 2021 pukul WIB. 14 Tim Pustaka Horor, 666 Misteri Paling Heboh Indonesia dan Dunia. Jakarta Kawah Media, 2011, 68. 15 Saleh As’ad Djamhari, Strategi Menjinakkan Diponegoro; Stelsel Benteng 1827-1830. Jakarta Komunitas Bambu, 2004. 16Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 7-9. Lebih lanjut, Riduwan menyatakan bahwa Nganjuk dibagi menjadi empat wilayah yaitu Berbek, Nganjuk, Godean dan Kertosono. Riduwan, Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren Perubahan dan Modernisasi. Yogyakarta Pustaka Ilmu, 2019, 109. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf106 Kota Nganjuk terdapat stasiun kereta api yang sangat berpengaruh pada jalannya roda perekonomian di wilayah Nganjuk. Mulai pada tahun 1901 digunakan istilah Regentshcap Nganjuk17 yang artinya pusat pemerintahan. Pada saat itulah adalah kabupaten Berbek berubah menjadi nama Kecamatan Berbek dan kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk. Sedangkan bekas kantor Kabupaten Berbek yang letaknya berada disebelah utara alun-alun Berbek saat ini sudah beralih fungsi menjadi lahan tebu dan Kantor Kepala Desa Kacangan. Sisa-sisa perkampungan yang dulu ada saat masa pemerintahan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat keberadaanya masih lestari dan masih nampak asli rumah dan jalannya. Letak kampung tersebut berada di sebelah timur Kantor Kepala Desa ke utara. Kampung tersebut bernama Kampung Dalem kebanyakan orang menyebut dengan Kampung Ndalem. Dengan tambahan huruf “N” di depan kata Dalem. Wilayah kerja pemerintahan desa Kacangan membawahi 4 RW dan dipimpin oleh seorang kepala desa beserta jajarannya. Desa Kacangan merupakan desa yang mempunyai nilai histori sendiri bagi Kabupaten Nganjuk, mengingat di Desa Kacangan ini dulunya merupakan pusat pemerintahan Kabupaten kala itu. Secara geografis desa Kacangan merupakan desa yang makmur dan sejahtera baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi manusianya. Luas wilayah Desa Kacangan adalah 0,59 Km2 dan berada di ketinggian kurang lebih 142 meter di atas permukaan laut. Jarak desa Kacangan dengan kecamatan sekitar 0,3 Km. Sedangkan kalau dihitung jarak dari Desa Kacangan ke Kabupaten Nganjuk sejauh 6 Untuk batas wilayah sendiri, Desa Kacangan berbatasan dengan Desa Sengkut di bagian utara, Desa Berbek di bagian selatan dan timur, sedangkan dari barat berbatasan langsung dengan Desa Sumberwindu. 17 M. Nijhoff, Anthropologica. Vol. 133, 1977, 436. 18Ibid.,11 Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf107 Masjid Al-Mubarok Bangunan diatas merupakan foto tampak depan Masjid Jami Al-Mubarok Berbek sekarang ini. Masjid ini diperkirakan berdiri pada tahun 1745 dan telah mengalami renovasi. Dulu bangunan masjid hanya berada satu bagian utama saja, kemudian diperluas saat masa kepemimpinan adik Raden Tumenggung Sosrokusumo I, Raden Tumenggung Sosrodirjo. Awalnya, di depan masjid ada bencet, namun saat ini keberadaannya di dalam masjid. Pembangunan terus dilakukan demi menambah kenyamanan jamaah dan sebagai wujud syukur pemanfaatan uang kas masjid, yakni diperuntukkan bagi kemakmuran masjid. Bagian atap masjid berbentuk tumpang yang menandakan bahwa manusia ini meninggal hanya membawa tiga perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, dan anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya. Penulis mencantumkan gambar masjid Al-Mubarok ini karena di dalam kompleks masjid inilah semua benda-benda arkeologis peninggalan Kanjeng Jimat berada. Benda-benda itu memiliki kisah ajaib yang turun-temurun dan dikeramatkan oleh masyarakat. Keramat Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Berdasarkan hasil observasi dan intervkew baik dengan Ta’mir Masjid Al-Mubarok – Berbek, keturunan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat, dan jamaah Masjid Al-Mubarok-Berbek, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa Raden Tumenggung Sosrokusumo ini merupakan sosok luar biasa yang mempunyai keramat tinggi dan pengaruh agama yang luas dimasanya. Hal ini terlihat dari kisah hidup beliau yang 19 Ajeng Kusuma Wardani dkk. Lintas Sejarah Budaya Lokal. Magelang, Pustaka Rumah C1nta, 2020, 50. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf108 diceritakan oleh orang-orang dekatnya, baik itu keturunan atau yang ikut memakmurkan peninggalannya. Salah satu keramat yang dimiliki Kanjeng Jimat sudah terlihat sejak awal pembangunan Masjid Jami Al-Mubarok, Berbek. Ketika itu, para tukangnya masih menggunakan alat sederhana. Bahkan untuk mengasah barangpun alatnya harus dibawa juga ke lokasi pembangunan masjid. Saat pembangunan Masjid Al-Mubarok Berbek tersebut, Kanjeng Jimat memerintahkan setiap tukang dan warga yang ingin ikut dalam pembangunan masjid supaya berwudhu terlebih dahulu. Perintah ini bukan tanpa alas an. Hal demikian dilakukan agar kelak masjid yang akan digunakan sebagai tempat beribadah kepada Allah diberikan berkah. Bapak Sururi selaku Takmir Masjid Al-Mubarok, Kacangan, Berbek menyatakan “Tukang sing mbangun masjid niki riyen kaleh Mbah Kanjeng Jimat diutus wudhu riyen mbak sakderenge tumut nyandak bangun. Amergi Mbah Kanjeng Jimat pengen kersane Masjid e mbeto berkah”.20 Meskipun bangunan masjid ini merupakan salah satu masjid yang dibangun pada masa lampau dan umurnya juga sudah lama atau sudah tua, namun corak dan arsitektur bangunan masjid Jami Al-Mubarok tidak kalah dengan masjid di jaman sekarang. Kanjeng Jimat dan Si Jolobong Pernah suatu ketika, di daerah Berbek dulunya tekenal dengan banyaknya perampok yang bengis dan kejam. Salah satu perampok yang terkenal kala itu adalah Jolobong. Jika dia menemukan mangsa dan menangkapnya, maka ia tidak akan melepaskan musuhnya sebelum mendapatkan apa yang ia mau. Si Jolobong ini sangat menyukai seni tradisional tayub. Sampai suatu ketika Kanjeng Jimat mendengar perihal Jolobong yang meresahkan warga masyarakat. Dengan kegemilangan ide yang dimiliki oleh Kanjeng Jimat, di daerah Ngetos diadakan seni pertunjukan tayub yang sangat disukai oleh Jolobong tadi. Maksud dari ini semua sebenarnya adalah memberikan pelajaran untuk Jolobong bahwa apa yang ia lakukan selama ini merupakan tindakan yang salah dan meresahkan masyarakat. Setelah 20Wawancara dengan Bapak Sururi, tanggal 19 Juni 2021 pukul WIB. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf109 acara tayub yang dimaksud diselenggarakan, secara tidak langsung mengundang si Jolobong untuk ikut menyaksikan seni tayub tersebut. Di mana ada tayub disitu pasti ada Jolobong. Ketika sampai dipertengahan acara, Kanjeng Jimat melihat Jolobong hadir diantara kerumunan warga. Tanpa sepengetahuan Jolobong, Kanjeng Jimat mengamati gerak-geriknya. Barulah saat Jolobong Beraksi, yakni merampok barang milik warga yang kebetulan juga ikut menyaksikan tayub, Kanjeng Jimat langsung mengejar Jolobong. Dengan mudah Jolobong tertangkap, sebab sebelum acara tayup dimulai, Kanjeng Jimat telah menyiapkan jebakan untuk menghalau Jolobong yaitu berupa jurang. Sampai saat ini daerah yang digunakan untuk menjebak Jolobong tadi masih ada dan disebut daerah Jurang Ringin. Boyongan ke Berbek Dalam sejarahnya Kanjeng Jimat datang ke Berbek hanya ditemani oleh beberapa orang saja dalam rombongan. Rombongan itulah yang akan menjadi cikal bakal pemerintahan di Daerah Berbek. Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa rombongan Kanjeng Jimat harus memakai baju biasa layaknya rakyat dan bukan memakai pakaian milik bangsawan. Hal tersebut dilakukan supaya tidak dicurigai oleh pihak kompeni Belanda. Namun nasib malang tidak dapat dihindari. Rombongan Kanjeng Jimat memang lolos dari kompeni Belanda, tetapi sampai di pertengahan jalan ada sekumpulan perampok yang menghadang rombongan. Secara otomatis para perampok menggeledah barang bawaan yang dibawa oleh rombongan Kajeng Jimat. Untungnya, di dalam tas tersebut tidak ditemukan barang berharga kecuali kertas dan surat-surat penting dari Keraton Surakarta. Perampok tadi tidak menemukan hal berharga apapun pada rombongan. Padahal jika ditelisik, rombongan tersebut membawa bekal yang bisa diambil perampok. Namun kawanan perampok tadi seperti tidak mengetahui hal apapun. Setelah aman dari mereka, maka rombongan melanjutkan perjalanan menuju Berbek lagi. Benda-benda Arkeologis Sebagai Bukti Kekeramatan Kanjeng Jimat Kanjeng Jimat dikenal dengan karismanya ketika menjadi pemimpin di Kabupaten Nganjuk khususnya daerah Berbek masa itu. Selain menjadi pemimpin, ia juga dikenal Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf110 sebagai ulama yang memiliki keramat luar biasa. Bahkan setelah beliau sudah wafat pun, makamnya masih banyak diziarahi masyarakat, baik dari dalam kota maupun dari luar kota. Pada masa saat pembangunan masjid Jami’ Al-Mubarok Kanjeng Jimat banyak meninggalkan benda-benda yang penuh keajaiban. Di antara bukti kekeramatnya adalah ungkal ajaib, yoni/bencet, mimbar khutbah dan beduk. Ungkal Ajaib Ketika masa pembangunan Masjid Jami Al-Mubarok dimasa Kanjeng Jimat masih hidup, ada salah satu tukang yang ingin pulang ke rumah untuk mengambil ungkal yang tertinggal. Sedangkan rumah tukang tersebut adalah Madiun. Karena Kanjeng Jimat kasihan dengan tukang tersebut, secara spontan ia menunjuk sebuah batu yang kebetulan berada di dekatnya. Ia mengatakan pada tukang tersebut supaya batu itu digunakan sebagai pengganti ungkal yang tertinggal. Sampai saat ini keberadaan ungkal tersebut masih ada dan dirawat dengan baik oleh pihak Masjid Jami Al-Mubarok Berbek. Suatu ketika ada seseorang yang ingin mengambil ungkal tersebut dengan cara menggergaji, namun belum sampai berhasil mengambilnya, orang tersebut mengalami insiden sakit perut dan tidak dapat meneruskan niatannya dan pulang. Sesampainya di rumah orang meninggal dunia. Hingga saat ini bekas gergajiannya masih ada. Ungkal tersebut terletak di selatan masjid dan dilindungi dengan pagar yang mengelilinginya. Oleh sebab itu peristiwa-peristiwa yang mengiringi keberadaan benda tersebut kemudian disebut dengan istilah ungal ajaib. Selain itu pada tahun 2016 Gubernur Jawa Timur telah menetapkan Masjid Jami Al-Mubarok sebagai Bangunan Cagar Budaya Tingkat Provinsi. Oleh karena itu keberadaannya wajib dijaga dan dilestarikan, beserta dengan elemen-elemen yang berada di sekitarnya, termasuk ungkal ajaib ini. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf111 Gambar di atas merupakan foto ungkal ajaib, yakni berupa batu berukuran kurang lebih 1 meter dan lebar setengah meter atau 50 cm. berikut bekas gergajian orang yang ingin mengambilnya. Yoni/BencetYoni merupakan batu besar berukuran kurang lebih seperti persegi namun memiliki sisi atas yang diukir oleh orang terdahulu. Fungsi utama yoni dulunya merupakan sesembahan masyarakat Berbek sebelum agama Islam datang. Namun setelah kedatangan Kanjeng Jimat, yoni tersebut dialih fungsikan menjadi bencet atau alat yang digunakan untuk melihat waktu sholat. Konon, pembangunan Masjid Al-Mubarok Berbek dibangun hanya dengan satu malam. Oleh karena alasan tersebut ada yang menyebut Masjid Jami Al-Mubaro dengan sebutan Masjid Tiban Berbek. Gambar di atas merupakan foto penampakan yoni atau berncet yang terletak di depan serambi masjid bagian tengah. Dulunya yoni ini berada di halaman masjid yang di kelilingi oleh kolam. Berhubung masjid diadakan renovasi, maka yoni atau bencet inipun diputuskan untuk tetap dipertahankan di tempat aslinya. Yoni tersebut di kelilingi pagar besi sebagai pengaman supaya tidak dirusak oleh tangan-tangan jail. Mimbar Khotbah Mimbar Masjid Jami Al-Mubarok Berbek merupakan masjid bergaya Timur Tengah karena bagian depan terbuka dan berundak-undak berjumlah tiga, dengan ukiran Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf112 berwarna terang, cerah. Mimbar tersebut ketinggiannya mencapai dua meter. Pada bagian depan atas terdapat tulisan yang isinya “Meniko Masjid ing negeri tuyo mirah sinengkalan ratu nitih butho murti” ini adalah masjid yang berada di negeri air murah Berbek tahun 1758 atau 1839 Masehi. Ternyata disetiap sisi mimbar terdapat tulisan Arab yang apabila diterjemahkan merupakan angka. Tulisannyapun sebagai berikut Sisi timur, depan Ratu Nitih Buto Murti 1758 atau 1830 Masehi Sisi selatan, kanan Ratu Pandito Toto Gapura 1759 atau 1830 Masehi Sisi barat, belakang Ratu Pandito Toto Terus 1759 atau 1831 Masehi Mimbar di Masjid Jami Al-Mubarok merupakan mimbar yang terbuat dari kayu jati ukiran tanpa paku nagel padahal ukurannya besar seperti tiang rumah tiang 4 buah. Dulu mimbar ini pernah diboyong ke Masjid Agung Nganjuk selama satu hari. Akan tetapi keesokan harinya mimbar tersebut kembali lagi ke Masjid Jami Al-Mubarok, Berbek. Mengetahui hal tersebut, akhirnya bupati yang memimpin Nganjuk pada masa tersebut memanggil seorang pengukir yang berasal dari Jawa Tengah untuk mengukir sebuah mimbar yang sama persis dengan yang berada di Berbek. Namun belum sampai kubah yang berada di atas mimbar selesai, orang yang membuat sakit dan kemudian meninggal dunia. Maka dari itu mimbar yang berada di masjjid Agung Nganjuk sama persis seperti yang berada di Berbek, hanya saja yang berada di Nganjuk tanpa kuncup kubah dan ukirannya lebih halus jika dibandigkan yang berada di Berbek. Di mimbar Masjid Agung Nganjuk tertuliskan pindahnya pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk. Foto Mimbar tampak depan Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf113 Foto mimbar tampak samping Gentong Batu Gentong yang berasal dari batu ini terletak di depan pintu masuk makam Kanjeng Jimat. Gentong ini sekarang difungsikan sebagai penampung air wudhu sebelum masuk makam Kanjeng Jimat. Dulunya gentong batu ini berada di bekas gedung kabupaten Berbek, atau di utara alun-alun berbek. Akan tetapi sewaktu pak Parno masih menjabat sebagai juru kunci makam, gentong tersebut dipindah ke depan makam Kanjeng Jimat. Sedangkan airnya didapat dari sumur Al-Mubarok yang dipercaya dapat digunakan sebagai jamu. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf114 Jodang/Puri Sesaji Jodang adalah tempat Al-Qur’an yang terbuat dari kayu jati yang diukir. Dahulu, puri ratu atau yang biasa disebut jodang ini digunakan untuk membawa sasrahan jajan manten dan dibawa ke masjid bersama temantennya. Kemudian kedua mempelai dinikahkan oleh penghulu di Masjid Jami Al-Mubarok. Pada bagian atas jodang tersebut tertulis tahun 1745 Masehi. Sekarang, Puri Sesaji atau Jodang tersebut diletakkan di dalam Masjid Jami Al-Mubarok sebelah selatan atau dibagian tempat jamaah pria. Depan pintu masuk masjid bagian selatan atau kiri. Jodang tersebut saat ini digunakan untuk menyimpan Al-Qur’an. Ini merupakan Jodang/Puri sesaji dari depan. Beduk Besar dari Kayu Jati Bulat Beduk ini terletak di serambi depan bagian tengah. Tempat yang digunakan beduk ini berasal dari kayu jati ukiran tanpa paku atau/nagel. Beduk ini mempuyai 4 tiang penyangga. Pada penyangga bagian depan beduk terdapat tulisan huruf Arab pegon yang berbunyi Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf115 “Puniko Pelajer Beduk ing Tuyo Mirah Sinengkalan Ratu Pandito Roso Tunggal”. Yang artinya ini adalah tiang penyangga beduk di Tuyo Mirah Berbek Tahun Candra Sengkalan Ratu Pandito Rasa Tunggal. Selain mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk, ternyata beduk dan tiang penyangganya ini juga pernah berusaha untuk diboyong juga. Akan tetapi setelah berhasil diboyong sampai di Masjid Agung Nganjuk, beduk tersebut tidak mau berbunyi. Meskipun ditabuh berulang kali. Akhirnya beduk tersebut dikembalikan ke tempat asalnya. Yaitu di Masjid Jami Al-Mubarok Berbek. Kemudian Masjid Agung Nganjuk membuat sendiri beduk yang masih dipergunakan sampai sekarang. Gambar ditas merupakan foto beduk di Masjid Jami Al-Mubarok Berbek yang diletakkan diserambi tengah bagian selatan. Bersebelahan dengan beduk kayu yang akan dibunyikan ketika memasuki waktu shalat dan adzan akan dikumandangkan. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf116 Gambar diatas merupakan foto tiang penyangga beduk yang terlihat tampak depan ketika diperbesar dan diambil gambarnya dari dekat. Terlihat jelas bahwa ditiang penyangga tersebut terdapat tulisan Arab Pegon yang isinya sudah dituliskan di atas. Pada bagian beduk terdapat Prasasti yang bertuliskan huruf Arab Ghain, Dzal, Nun, dan di bawahnya ada huruf Dzai dza’. Ghain = 1000; Dzal = 700; Nun = 50, dan aksara Dzai dza’ = 7 yang berarti sebagai bulan Rajab dalam perhitungan bulan Islam Jawa. Jadi beduk ini dibuat pada bulan Rajab tahun 1750 Tiang atau Tiang di dalam Masjid Al-Mubarok, Berbek Di dalam bagian utama masjid jami’ Al-Mubarok berbek terdapat 4 tiang utama yang diameternya besar. Ada juga tiang yang ukurannya lebih kecil dari 4 tiang tadi yang letaknya mengelilingi masjid berjumlah 18 tiang. Jumlah tiang tersebut bukanlah kebetulan. Berbek dengan Keraton Demak masih memiliki hubungan karena orang yang mengangkat Bupati Berbek yang pertma, Raden Tumenggung Sosrokusumo adalah Raja Demak Bintoro. Karena kedekatannya dengan Demak Bintoro, Patih Nursalam, ajudan dari Demak Bintoro makamnya berada di depan makam Kanjeng Jimat. Kemudian Mihrab Kubah Masjid Berbek sama persis dengan kubah Masjid Demak Bintoro Jawa Tengah yang terbuat dari baja. Batang bunga masjid juga sama, hanya saja milik Masjid Jami Al-Mubarok bengkok ke barat. Sedangkan di Masjid Demak batang bunganya bengkok ke timur. Hal ini bukan semata-mata kebetulan belaka, namun dari sini dapat diketahui bahwa 21Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 68. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf117 antara kedua tempat tersebut, Masjid Jami Al-Mubarok Berbek dengan Masjid Demak Bintoro masih memiliki hubungan. Gambar diatas merupakan foto tiang/tiang penyangga masjid yang berada di Masjid Jami Al-Mubarok, Dusun Kacangan Desa Berbek Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Di dalam masjid terdapat 4 tiang berukuran seperti gambar di atas. Semua tiang, baik tiang besar ataupun kecil terbuat dari kayu jati yang sudah tua dan tanpa paku atau nagel. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf118 Perlu diketahui, sejak tahun 2016 Masjid Jami Al-Mubarok Berbek telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Itu artinya kita sebagai generasi penerus harus ikut serta menjaga dan melindungi peninggalan yang ada dikompleks pemakaman Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Kesimpulan Kanjeng Jimat memiliki banyak keramat dan berbeda dengan keramat pada umumnya yang tinggal cerita. Keramat Kajeng Jimat masih bisa dilihat secara langsung oleh orang-orang pada saat ini karena keramatnya berupa peninggalan arkeologis dan kisah ajaib yang melingkupinya. Pertama, ia mampu menggelapkan pandangan mata perampok sehingga tidak menemukan barang berharga. Kedua, ia mampu menangkap Jolobong dengan teknik jurang ringin. Ketiga, ungkal sakti yang tidak bisa dicuri dari tempat asalnya. Keempat, beduk ajaib yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun sesampainya di sana beduk tersebut tidak dapat berbunyi meskipun dipukul berkali-kali. Akhirnya dengan terpaksa beduk tersebut dikembalikan lagi ke Berbek. Kelima, mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun kembali lagi ke Berbek dengan sendirinya. Selain benda-benda yang meninggalkan kisah ajiab tersebut, Kanjeng Jimat juga meninggalkan jodang, gentong, dan bencet. Semua benda peninggalan tersebut tersimpan dengan baik di kompleks masjid Al-Mubarok Berbek Nganjuk. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf119 DAFTAR PUSTAKA Djamhari, Saleh As’ad. Strategi Menjinakkan Diponegoro; Stelsel Benteng 1827-1830. Jakarta Komunitas Bambu, 2004. Harimintadji, dkk. Nganjuk dan Sejarahnya. JakartaPustaka Kartini, 1994. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk. Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013. M. Nijhoff, Anthropologica, Vol. 133, 1977. Mahfudhoh, Lailatul. Antologi Sejarah Candi Boyolangu. Bogor Gue Pedia, 2016. Mustopo, M. Habib. Sejarah. Malang Yudistira, 2007. Resowiredjo, Arjuno dan Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. 2018. Riduwan, Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren Perubahan dan Modernisasi. Yogyakarta Pustaka Ilmu, 2019. Rohman, Abdur. Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret, 2021. Rohman, Abdur. Injil vs Manakib Studi Perbandingan Antara Kemukjizatan dalam Perjanjian Baru dan Keramat Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani. Yogyakarta Divo Nusantara, 2015. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., 2010. Styawati, Yuslia. Mengenal Tarekat di Dunia Islam Qadiriyah, Syadziliyah dan Syattariyah, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 5, no. 1, Maret, 2019. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya, 2010. Tim Pustaka Horor, 666 Misteri Paling Heboh Indonesia dan Dunia. Jakarta Kawah Media, 2011. Wardani, Ajeng Kusuma dkk. Lintas Sejarah Budaya Lokal. Magelang, Pustaka Rumah C1nta, 2020. ... Perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk menjadi cukup membingungkan dikarenakan tidak adanya bukti yang menjelaskan perpindahan, khususnya serah terima kekuasaan antara afdeeling Berbek dan Nganjuk ataupun proses penggabungan kedua afdeeling tersebut Siswanto & Lestari, 2018. Pada abad ke-17 wilayah Berbek merupakan sebuah Kabupaten dibawah pengawasan Kesunanan Surakarta yang kemudian pada tahun 1830 pasca Perjanjian Sepreh merupakan wilayah dibawah kekuasaan kolonial Belanda Kiptiyah, 2021. Dalam Arsip Nasional Republik Indonesia Bijlagen ...... Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai alasan perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk, seperti yang disebutkan Kiptiyah, 2021 dalam kajiannya bahwa pada masa itu transportasi untuk menuju wilayah Berbek masih terbatas dan sedangkan untuk wilayah Nganjuk sudah terdapat stasiun kereta api yang mana hal tersebut menjadi pengaruh besar dalam roda perekonomian di wilayah tersebut dan sekitarnya. Pada tahun 1901 muncul istilah Regentschap Nganjuk yang memiliki pengertian pusat pemerintahan dan hal tersebut merubah nama Berbek menjadi Kecamatan Berbek dan istilah Kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk Kiptiyah, 2021. ...... Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai alasan perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk, seperti yang disebutkan Kiptiyah, 2021 dalam kajiannya bahwa pada masa itu transportasi untuk menuju wilayah Berbek masih terbatas dan sedangkan untuk wilayah Nganjuk sudah terdapat stasiun kereta api yang mana hal tersebut menjadi pengaruh besar dalam roda perekonomian di wilayah tersebut dan sekitarnya. Pada tahun 1901 muncul istilah Regentschap Nganjuk yang memiliki pengertian pusat pemerintahan dan hal tersebut merubah nama Berbek menjadi Kecamatan Berbek dan istilah Kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk Kiptiyah, 2021. Pada prinsipnya terdapat 3 alasan utama perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk yang diantaranya faktor geografis, kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa wilayah Berbek merupakan wilayah yang tidak cukup baik digunakan sebagai pusat pemerintahan, dan suksesi pemerintahan khususnya pada kepemimpinan Sosrokoesoemo III Siswanto, 2018. ...Didit Ditya FritambiradiSlamet Sujud Purnawan JatiThis study describes the movement of the capital from Berbek to Nganjuk in 1880 M. Berbek and Nganjuk were afdeeling under the Karesidenan Kediri government with Berbek as the center of government. Berbek has an isolated geographical location on the slopes of Mount Wilis and has a type of soil that hinders the development of a city. In the era of Regent Sosrokoesoemo III, the center of government was moved to Nganjuk on the grounds that Nganjuk was a potential area with railroads, strategic geography, and had good soil types for urban and agricultural development. After the relocation of the capital Nganjuk, there was a big change from the construction of stations, post offices, hospitals, sugar factories. This study uses historical research methods by examining in terms of historical geography or ini menjelaskan terkait perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk pada tahun 1880 M. Berbek dan Nganjuk merupakan afdeeling di bawah pemerintahan Karesidenan Kediri dengan Berbek sebagai pusat pemerintahannya. Berbek memiliki letak geografis yang terisolasi di lereng Gunung Wilis dan memiliki jenis tanah yang menghambat untuk perkembangan sebuah kota. Pada era Bupati Sosrokoesoemo III pusat pemerintahan dipindah ke Nganjuk dengan alasan Nganjuk sebagai wilayah yang potensial dengan adanya rel kereta api, letak geografis yang strategis, dan memiliki jenis tanah yang bagus untuk perkembangan kota dan pertanian. Pasca pemindahan ibukota Nganjuk mengalami perubahan yang besar dari adanya pembangunan stasiun, kantor pos, rumah sakit, dan pabrik gula. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan mengkaji dari segi geografi kesejarahan atau NijhoffM. Nijhoff, Anthropologica, Vol. 133, Romace Anjuk Ladang Sindok Naik TahtaArjuno ResowiredjoDan HamadiResowiredjo, Arjuno dan Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. RohmanDiana Elfiyatul AfifahWalilogiSpiritualisRohman, Abdur. Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret, MargonoMetodologi Penelitian PendidikanS. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., Penelitian Pendidikan. Bandung RosdakaryaNana SukmadinataSyaodihSukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya, 2010. OxGs89T.
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/541
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/414
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/462
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/353
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/485
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/239
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/577
  • 6vl7xz6zr1.pages.dev/478
  • silsilah keturunan kanjeng jimat nganjuk